STRATEGI
MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DI PERGURUAN
TINGGI
RESUME JURNAL
Muhammad
Arifin, MPd Dosen FKIP
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2017
Syenni Herianti
1519200013
STIE MULTI
DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
PALEMBANG
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah perbuatan
yang menggerakkan sumber
daya manusia dan segala
fasilitas yang dimiliki
untuk mencapai tujuan.
Manajemen juga merupakan
proses pendayagunaan sumber daya
melalui kegiatan fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengendalian semua
potensi yang dimiliki
untuk mencapai tujuan.secara efektif
dan efisien. Sebagai
proses pendayagunaan sumber
daya organisasional melalui keefektifan
kegiatan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan,
dan pengendalian dengan
segala aspeknya dengn
menggunakan semua potensi yang
tersedia agar trercapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Perencanaan (planning)
sebagai salah satu
fungsi manajemen merupakan
awal yang sangat menentukan
dalam pemilihan pola-pola
yang akan dilaksanakan
dalam rangka pengambilan keputusan.
Demikian juga dengan pengorganisasian (organizing).
Pengorganisasian
merupakan alat untuk
mempermudah pencapaian tujuan
dengan mempertimbangkan
legitimasi (legitimacy), efisiensi
(efficiency), keefektifan
(effectiveness) dan keunggulan (excellence)
Penggerakan (actuating) adalah
usaha membujuk, mengarahkan
dan menggerakkan orang-orang untuk
melaksanakan tugas-tugas sebagaimana
ditentukan dalam pencapaian tujuan. Kemampuan
pemimpin dalam menggerakkan
bawahannya untuk melakukan sesuatu dalam
pencapaian tujuan akan
terlihat dari sejauhmana
lembaga itu mampu meningkat hubungan
kerja, membina kerjasama,
member motivasi kerja
maupun menggerakkan sumber daya
lembaga.
Semua
pelaksanaan fungsi manajemen
perlu diawasi secara seksama
sebab dalam pengawasan pada
dasarnya telah include
dengan tindakan memotivasi
dan menuntun usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Walaupun pengawasan tidak
sama dengan inspeksi namun
diperlukan disiplin. Disipilin itulah
yang dijadikan sebagai
acuan untuk mengontrol kerja
bawahan pada lembaga
sekaligus mengawasi aktivitas
para karyawan apakah sesuai
atau tidak dengan
rencana kerja yang
telah ditetapkan. Sebab
peningkatan disiplin di lembaga
manapun merupakan langkah
pertama dan utama
dalam mewujudkan cita-cita lembaga.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana strategi manajemen perubahan
dalam meningkatkan disiplin di perguruan tinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi manajemen perubahan dalam
meningkatkan disiplin di perguruan tinggi
1.4 Manfaat Penelitian
Manajemen perubahan sangat
tepat dilakukan dalam
meningkatkan disiplin
utamanya pada perguruan
tinggi. Sebab akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh
perubahan dalam organisasi selalu
berakibat dua hal
yaitu perubahan menuju
kebaikan dan perubahan menuju kehancuran.
Kedua hal itu
dapat terjadi karena
beberapa sebab yang
berasal dari dalam maupun
dari luar lembaga
yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
A. Strategi
1.
Pengertian Strategi
Istilah strategi
pada dasarnya merupakan
istilah yang sering
digunakan pada saat membicarakan upaya-upaya
dalam pencapaian tujuan.
Strategi dalam KBBI
(1990:859) adalah siasat perang
atau ilmu siasat
perang. Strategi dapat
juga dikatakan sebagai
rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran khusus. Berbicara tentang
kata “strategi” pada
mulanya hanya berkaitan
dengan lingkungan militer yaitu
pada saat terjadinya
peperangan. Strategi selalu
melekat pada seorang komandan dalam
menghadapi musuh-musuhnya agar
mencapai kemenangan. Namun
ada yang berpendapat bahwa
strategi adalah seni.
Potter (1998) dalam
Sagala (2004:227) mengatakan strategi
sebagai suatu seni
dan ilmu dari
pembuatan formulating), (penerapan (implementing), dan
evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis
antar fungsi yang memungkinkan sebuah
organisasi mencapai tujuan-tujuan
dimasa mendatang. Beberapa pakar mendefinisikan strategi
dengan penekanan-penekanan yang
berbeda. Menurut Stuart Wells
(1998:53) Strategi adalah
ilmu perencanaan dan
penugasan operasi militer
dalam skala besar, khususnya
kekuatan maneuver untuk
mendapatkan posisi yang menguntungkan dalam berhadapan dengan
musuh.
2.
Jenis-jenis Strategi
Menurut David
(2004:231) strategi dapat
dibedakan atas 5
jenis, yaitu sebagai berikut:
a.
Strategi Integrasi.
Integrasi ke depan,
integrasi ke belakang,
integrasi horizontal kadang
semuanya disebut sebagai integrasi
vertikal. Strategi integrasi
vertikal memungkinkan perusahaan
dapat mengendalikan para
distributor, pemasok, dan / atau
pesaing.
b.
Strategi Intensif.
Penetrasi pasar,
dan pengembangan produk
kadang disebut sebagai
strategi intensif karena semuanya
memerlukan usaha-usaha intensif
jika posisi persaingan
perusahaan dengan produk
yang ada hendak ditingkatkan.
c.
Strategi Diversifikasi.
Terdapat tiga
jenis strategi diversifikasi, yaitu
diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat.
Menambah produk atau
jasa baru, namun
masih terkait biasanya disebut diversifikasi
konsentrik. Menambah produk
atau jasa baru
yang tidak terkait untuk
pelanggan yang sudah
ada disebut diversifikasi
horizontal. Menambah produk atau jasa baru
yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.
d.
Strategi
Defensif.
Disamping strategi
integrative, intensif, dan
diversifikasi, organisasi juga
dapat menjalankan strategi rasionalisasi
biaya, divestasi, atau
likuidasi. Rasionalisasi
Biaya, terjadi ketika
suatu organisasi melakukan
restrukturisasi melalui penghematan biaya dan
aset untuk meningkatkan
kembali penjualan dan
laba yang sedang menurun. Kadang
disebut sebagai strategi
berbalik (turnaround) atau
reorganisasi, rasionalisasi
biaya dirancang untuk
memperkuat kompetensi pembeda
dasar organisasi. Selama proses
rasionalisasi biaya, perencana
strategi bekerja dengan sumber
daya terbatas dan
menghadapi tekanan dari
para pemegang saham,
karyawan dan media.
e.
Strategi
Umum Michael Porter.
Menurut Porter,
ada tiga landasan
strategi yang dapat
membantu organisasi
memperoleh keunggulan kompetitif,
yaitu keunggulan biaya,
diferensiasi, dan fokus. Porter
menamakan ketiganya strategi
umum. Keunggulan biaya
menekankan pada pembuatan produk
standar dengan biaya
per unit sangat
rendah untuk konsumen yang
peka terhadap perubahan
harga. Diferensiasi adalah
strategi dengan tujuan membuat produk
dan menyediakan jasa
yang dianggap unik
di seluruh industri
dan ditujukan kepada konsumen
yang relatif tidak
terlalu peduli terhadap
perubahan harga. Fokus berarti
membuat produk dan
menyediakan jasa yang
memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.
B. Manajemen Perubahan
1)
Pengertian Manajemen
Kata Managemen berasal
dari bahasa Inggris
dan di terjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi
“Manajemen”. Terry dalam
Dachnel Kamars, (2004:220)
menyebut :”Management is a
distinct process consisting
of planning, organizing,
actuating, and controlling, performed
to determine and
a complish stated
objectives by the
used of human beings
and other resources”.
Maksudnya: manajemen adalah
proses berbeda yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan yang
dipertunjukkan untuk menentukaqn dan
menyelesaikan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan
sumber-sumber daya manusia
dan lainnya. Sedangkan
Mondy dan Premaux dalam
buku yang sama
mengatakan, “management is
the process of
gettings done throught “The
effort of other
people” maksudnya, manajemen
adalah proses sesuatu dikerjakan melalui upaya-upaya
orang lain.
Selanjutnya, Marry Parker
Follet dalam Mamduh
M.Hanafi (1997:7)
mendefinisikan manajemen sebagai
suatu seni untuk
mencapai sesuatu yang
melalui orang lain (the
art of getting
things done through
the others). Ini
berarti manajemen tidak
bekerja sendiri, tetapi bekerja
sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu.
2)
Pengertian Perubahan
Perubahan merupakan sesuatu
yang sering terjadi
dengan sendirinya tanpa
disadari. Perubahan mempunyai manfaat
bagi kelangsungan hidup
suatu lembaga/organisasi, tanpa adanya
perubahan maka usia
organisasi tidak akan
dapat bertahan lama.
Perubahan bertujuan agar organisasi
tidak menjadi statis
melainkan tetap dinamis
dalam menghadapi perkembangan jaman,
kemajuan teknologi dan
dibidang pelayanan kesehatan
adalah peningkatan kesadaran pasien akan pelayanan yang
berkualitas. Perubahan dapat
dibedakan atas dua
macam yaitu perubahan
tidak berencana dan perubahan
berencana. Perubahan tidak
berencana terdiri dari
Perubahan karena
perkembangan (Developmental Change)
dan Perubahan secara
tiba-tiba (Accidental
Change), sedangkan perubahan
berencana :adalah perubahan
yang disengaja/ bahkan direkayasa oleh pihak manajemen. Perubahan yang
dilakukan secara sengaja,
lebih banyak dilakukan
atas kemauan sendiri, sehingga
proses perubahan itu
lebih banyak diusahakan
oleh sistem itu
sendiri. Bahkan kita sering
berfikir tentang perubahan
padahal justru pada
saat itu sedang
terjadi perubahan.
3)
Pengertian Manajemen Perubahan
Beberapa ahli,
memberi definisi tentang
manajemen perubahan sebagai
berikut:
a)
Menurut Wibowo,
Manajemen perubahan adalah
suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan,
sarana dan sumber
daya yang diperlukan
untuk mempengaruhi perubahan pada
orang yang akan
terkena dampak dari
proses tersebut.
b)
Menurut
Winardi, manajemen perubahan
adalah upaya yang
ditempuh manajer untuk memanajemen
perubahan secara efektif,
dimana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok,
konflik, dan komunikasi.
c)
Manajemen
perubahan adalah upaya-upaya
yang dilakukan untuk
mengelola akibatakibat yang
ditimbulkan karena adanya
perubahan dalam organisasi.
Organisasi dapat terjadi karena
sebab-sebab yang berasal
dari dalam maupun
dari luar organisasi tersebut.
C. Strategi Manajemen Perubahan
Ada beberapa
jenis strategi manajemen
perubahan. Jenis-jenis strategi
manajemen perubahan antara lain adalah
:
1)
Political strategy
: Pemahaman mengenai
struktur kekuasaan yang
terdapat dalam sistem sosial.
2)
Economic Strategy
: Pemahaman dalam
memegang posisi pengaturan
sumber ekonomik, yaitu
memegang posisi kunci dalam proses
perubahan berencana.
3)
Academic Strategy
: Pemahaman bahwa
setiap manusia itu
rasional, yaitu setiap orang
sebenarnya akan bisa
menerima perubahan, manakala
kepadanya disodorkan data yg dapat diterima oleh akal sehat (Rasio).
4)
Enginering Strategy
: Pemahaman bahwa
setiap perubahan menyangkut
setiap manusia.
5)
Military Strategy
: Pemahaman bahwa
perubahan dapat dilakukan
dengan kekerasan/ paksaan.
6)
Confrontation Strategy
: Pemahaman jika
suatu tindakan bisa
menimbulkan kemarahan seseorang, maka
orang tersebut akan berubah.
7)
Applied
behavioral science Model : Pemahaman terhadap Ilmu perilaku.
8)
Followship Strategy
: Pemahaman bahwa
perubahan itu dapat
dilakukan itu dapat dilakukan dengan mengembangkan prinsip
kepengikutan.
D. Disiplin
a.
Pengertian Disiplin
Kata disiplin berasal
dari Bahasa Latin
“discipline” yang berarti
“latihan atau pendidikan kesopanan
dan kerohanian serta
pengembangan tabiat.” Disiplin merupakan salah
satu dari sekian
banyak upaya untuk
memperbaiki perilaku individu sehingga taat
dan patuh pada
aturan, hukum atau
norma yang berlaku.
Disiplin sering disebut sebagai
sikap mental seseorang
yang mengandung kerelaan
mematuhi, ketentuan, peraturan, dan
norma yang berlaku
dalam menunaikan tugas dan
tanggung jawab. Tanggung jawab,
baik yang berhubungan
dengan waktu maupun
terhadap kewajiban dan hak.
Ada juga yang
menganggap disiplin dapat
juga diartikan sebagai
sikap menumbuhkan kendali diri,
karakter atau keteraturan,
dan efisiensi. Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin
atau tetib sebagai
suatu sikap konsisten
dalam melakukan sesuatu.
b.
Macam-macam
Disiplin.
Menurut Hurlock (1978:
82), ada dua
konsep mengenai disiplin,
yaitu disiplin positif dan
disiplin negatif. Disiplin
positif sama artinya
dengan pendidikan dan bimbingan
karena menekankan pertumbuhan
di dalam diri
yang mencakup disiplin
diri (self discipline) yang
mengarah dari motivasi
diri sendiri, dimana
dalam melakukan sesuatu (mentaati
aturan dan norma)
harus datang dari
kesadaran diri sendiri.
Disiplin negatif berarti pengendalian
dengan kekuasaan luar
yang biasanya dilakukan
secara terpaksa dan dengan
cara yang kurang
menyenangkan atau dilakukan
karena takut hukuman
(punishment).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
penelitian kualitatif.
3.2 Objek/Subjek Penelitian
Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran
yang sangat besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan
peningkatan daya saing bangsa dimata dunia. Untuk mewujudkan peran yang
strategis dan besar tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka sumber daya
manusia perguruan tinggi haruslah memiliki disiplin, kompetensi dan kualitas
yang unggul terutama bagi dosen sebagai tenaga pengajar. Perguruan Tinggi
sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu, sebagai lembaga pelatihan bagi
karier peneliti dan sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien serta
sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan kehidupan yang mempunyai
tujuan yaitu “Tri Dharma Perguruan Tinggi” yang menghasilkan output yang
dibutuhkan masyarakat dalam membangun Indonesia, dirasa perlu adanya manajemen
3.3 Pemilihan Informan
Kunci
Dalam bagian ini dijelaskan pula
tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut
dilakukan.
3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan data sekunder.
3.5 Teknik Pengumpulan
Data
Dalam prosedur pengumpulan data dijelaskan tentang bagaimana
metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara dan
penyebaran kuesioner
3.6 Teknik Analisis Data
Banyak faktor yang dapat menimbulkan perubahan terhadap
perguruan tinggi tergantung kepada bagaimana pemimpin perguruan tinggi tersebut
mengelola lembaga yang dipimpinnya menuju arah yang diinginkan. Sebab pada
dasarnya perubahan adalah hal yang wajar dan bahkan hal yang pasti akan
terjadi. Permasalahan adalah bagaimana menjadikan perubahan dimaksud menjadi
peningkatan kearah yang lebih baik, dan untuk mewujudkannya diperlukan
kemampuan manajerial seorang manajer dalam mengelolanya. Keberhasilan manajer
dalam mengelola perubahan harus bersinergi dengan disiplin. Manajemen perubahan
harus diawali dengan peningkatan disiplin. Disiplin harus berubah dari yang
kurang menjadi lebih, sebab disiplin adalah ibarat garam dalam suatu masakan
yang apabila tidak ada akan sangat mempenguhi akan cita dan rasa gulainya. Oleh
sebab itu strategi yang baik dalam melaksanakan manajemen perubahan untuk
meningkatkan disiplin akan sangat bermanfaat terhadap perguruan tinggi.
MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(TIK) PEMERINTAHAN DI INDONESIA Sebuah
Pemikiran Dalam Menyongsong
Peralihan e-Government
Menjadi e-Governance
RESUME JURNAL
T. Fahrul
Gafar
Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Abdurrab
2017
Syenni Herianti
1519200013
STIE MULTI
DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
PALEMBANG
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama lebih dari satu dekade program
e-Government atau penggunaan dan pemanfaatan Teknonogi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di Indonesia diimplementasikan sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden
(Inpres) no 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
e-Government indonesia. Namun, selama itu pula kinerja eGovernment Indonesia
belum menemui performa yang ideal. Sebuah fakta dan data menyatakan, bahwa pada
tahun 2016 Indonesia mendapat peringkat ke 116 dunia versi eGovernment
Development Index (EGDI), turun 10 peringkat dibandingkan tahun 2014 yang
menduduki peringkat ke 106. Kondisi ini masih jauh berada di bawah
negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (peringkat ke-4),
Malaysia (peringkat ke-60), Filipina (peringkat ke-71), dan Brunei Darussalam
(peringkat ke-83). Sementara itu, nilai Online Service Index (OSI), dan
Telecommunication Infrastructure Index (TII) Indonesia juga masih berada di
bawah rata-rata di regional Asia. Indonesia berada pada angka 0,3623 pada OSI, dan
0,3016 pada TII, sedangkan di kawasan Asia rata-rata OSI pada angka 0,5120 dan
TII pada angka 0,3730.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen perubahan dalam
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui manajemen perubahan dalam teknologi informasi
dam komunikasi (TIK) pemerintahan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat peneliaitan adalah hal-hal yang terjadi apabila tujuan
tercapai. Bila point-point tujuan tercapai, manfaat apa saja yang dapat
diperoleh. Uraikan manfaat penelitian baik secara teori maupun terapan yang
meliputi pengembangan ilmu pengetahuan,pemecahan masalah perusahaan atau
pengembangan kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1.
Diorama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pemerintahan di Indonesia
Pada tahun 2003, Presiden Indonesia mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Kemunculan Inpres
ini tidak saja diartikan sebagai tindak lanjut Inpres Nomor 6 Tahun 2001
tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika Indonesia, tetapi juga
merupakan cetusan komitmen untuk menerapkan sebuah konsep tentang pemanfaatan
teknologi informasi yang telah dipraktekkan di negara-negara maju yang telah
melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang efektif dan
efisien, yang diistilahkan sebagai Electronic Government (e-Government).
Pemanfataan e-Government bagi pemerintah adalah untuk
menciptakan pelayanan yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dari
pemerintah dapat dianalogikan sebagai berikut; jika dahulu sebuah pemerintah
terkenal dengan birokrasinya yang sangat lambat, boros, dan sangat fungsional,
maka masyarakat saat ini membutuhkan sebuah kinerja pemerintah yang cepat,
murah, dan berorientasi pada proses agar dapat memberikan dukungan yang
signifikan dan kompetitif bagi para customer-nya (individu, komunitas bisnis,
masyarakat, dan stakeholder yang lain).
Di tingkat daerah, pemerintah daerah juga dituntut untuk
mengikuti roadmap yang telah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia
melalui kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) sebagai kementerian yang
memiliki kewenangan dan bertanggung jawab terhadap pengembangan eGovernment
Indonesia. Berdasarkan roadmap Kementrian Kominfo, pada tahap pertama atau
tahun 2010-2012, merupakan fase Indonesia Connected, dimana dalam tahap ini
seluruh desa ada akses telepon, seluruh kecamatan harus ada akses internet.
Pada tahap kedua atau tahun 2012-2014 Kemkominfo memiliki misi Indonesia
Informative, yaitu masyarakat Indonesia sudah masuk dalam masyarakat Informasi.
Pada fase ini, diharapkan seluruh ibukota propinsi terhubung dengan jaringan
fiber optic (serat optik), seluruh kabupaten/kota memilik akses broadband dan
peningkatan e-Service, e-Health, eEducation dan “e” lainnya bagi semua lapisan
masyarakat. Pada tahun 20142018 diharapkan Indonesia masuk dalam Indonesia
Broadband dan masyarakat masuk dalam kategori masyarakat pengetahuan.
Berdasarkan hasil studi sejumlah praktisi e-Government di
berbagai negara, secara pokok terdapat 3 (tiga) tantangan terbesar yang
dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengembangkan konsep
e-Government di negaranya masing-masing, yaitu (Indrajit:2004:19) :
1.
Tantangan
yang berkaitan dengan cara menciptakan dan menentukan kanal-kanal akses digital
(maupun elektronik) yang dapat secara efektif dipergunakan oleh masyarakat
maupun pemerintah;
2.
Tantangan
yang berkaitan dengan keterlibatan lembagalembaga lain di luar pemerintah
(pihak komersial swasta maupun pihak-pihak non komersial lainnya) dalam
mengembangkan infrastruktur maupun superstruktur eGovernment yang dibutuhkan;
dan
3.
Tantangan
yang berkaitan dengan penyusunan strategi institusi terutama yang berkaitan
dengan masalah biaya investasi dan operasional sehingga program manajemen
perubahan e-Government ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
diinginkan.
Tantangan-tantangan diatas membuat
kita harus jeli dalam melihat berbagai gejala, terutama perubahan paradigma
dalam e-Government memiliki tuntutan yang cepat dan dinamis. Keterangan diatas
juga menunjukkan bahwa pemerintah saja tidak bisa diandalkan untuk menjadi agen
tunggal dalam percepatan perbaikan performa e-Government Indonesia. Pergeseran
orientasi telah dan sedang dari Government Oriented kepada Citizen Oriented,
selain itu Silo Resource atau sumber daya “silo” yang dipahami sebagai sebuah
mentalitas yang kaku dan tertutup akan berubah menjadi Shared Resource atau
sumber daya yang tersebarkan, dan layanan eletronik yang satu arah (tunggal)
berubah menjadi Shared Service atau layanan yang tersebar dimana-mana (Anggono,
2015:12). Dari gambaran tersebut, maka perlu pihak-pihak lain agar dapat
bekerja secara sinergis dan harmonis dalam tata kelola TIK pemerintahan di
Indonesia. Secara eksplisit penulis akan menjelaskan siapa saja pihak-pihak
yang patut berkolaborasi dalam mewujudkan digitalisasi dunia pemerintahan
melalui penelusuran teori-teori terkait.
2.
Spektra
Teoritika Pemerintahan
Secara etimologis kata pemerintah dan pemerintahan ditarik
dari kata “titah”. Dari sudut leksikal berarti amanat, amar (al-‘amr), sabda,
dan firman yang semuanya bermakna “perintah” (Endarmoko, 2006:647). Kata
“titah” dapat dikatakan sejajar dengan kata
gubernare (Latin/Spanyol), kybern (Greek/Yunani), dan govern (Inggris).
Govern/ steering dalam bahasa latin
adalah gubernare, sedangkan dalam bahasa Gerika (Greek/Yunani) adalah kybernan.
Gubernare kemudian berubah menjadi Gubernantia. Sedangkan dalam bahasa Belanda,
berasal dari kata besturen (mengemudiInggris: steering) di tambah kunde
(kepandaian-Inggris: craft, skill) (Ndraha, 2003: xxii). Namun yang sering kita
dengar dan gunakan dalam berbagai kegiatan akademik baik lisan maupun tulisan
adalah derivasi (turunan) kata gubernantia yang kemudian menjadi cikal bakal
(embrio) dari kata governance (govern+ance) yang berarti “pemerintahan”
(peristiwa/ kejadian). Sedangkan kata government (govern+ment) adalah badan
atau lembaga yang melakukan kegiatan dan aktifitas perintah-memerintah sehingga
dari kegiatan dan aktifitas tersebut menghasilkan gejala, peristiwa, dan
kejadian sebagai sebuah fenomena sosial yang tak terbantahkan.
Berdasarkan pandangan teleskopik terhadap beberapa lapisan
lensa teori diatas, sederhananya aktifitas governance atau pemerintahan atau
juga dapat dimaknai dengan tata kelola sebagaimana yang telah dijabarkan diatas
apabila ia didukung dengan teknologi sebagai enabler (alat bantu) akan
menjadikan ia bertransformasi dari e-Government menjadi e-Governance yang mampu
menata dan mengelola berbagai aktifitas pemerintahan menjadi lebih efektif dan
efisien serta membawa manfaat besar lainnya. Ini menunjukkan bahwa e-Governance
adalah realitas terkini, yang akan menjadi urgen dilakukan untuk masa depan
sesuai dengan keadaan zaman yang menuntut sebuah perubahan yang bukan saja
diperlukan oleh negaranegara maju tapi juga oleh negaranegara berkembang.
Namun, sebagian besar inisiatif e-Governance hari ini umumnya masih mengalami
obstacle bahkan terancam gagal dikarenakan negara menghadapi dua rintangan
besar. Pertama, rintangan secara strategis untuk kesiapan: menyiapkan
pra-kondisi yang teridentifikasi untuk e-Governance. Kedua, rintangan secara
taktis untuk menutup kesenjangan realitas desain: menerapkan praktik terbaik
dalam program e-Governance untuk menghindari kegagalan dan meraih kesuksesan.
Bagaimanakah sebaiknya sikap kita? berikut beberapa butir pandangan yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan penelitian kualitatif.
3.2 Objek/Subjek Penelitian
Selama lebih dari
satu dekade program
e-Government atau penggunaan
dan pemanfaatan Teknonogi Informasi
dan Komunikasi (TIK)
di Indonesia diimplementasikan sejak dikeluarkannya Instruksi
Presiden (Inpres) no 3 Tahun
2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan
e-Government indonesia. Namun,
selama itu pula
kinerja eGovernment Indonesia
belum menemui performa
yang ideal.
3.3
Pemilihan Informan Kunci
Dalam bagian ini dijelaskan pula
tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut
dilakukan.
3.4
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan data sekunder.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data
dijelaskan tentang bagaimana metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara
dan penyebaran kuesioner
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, dijelaskan
analisis yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.
Strategi Manajemen
Perubahan untuk Implementasi ERP yang Sukses
RESUME JURNAL
Adel M.
Aladwani
Department of
QM and IS, College of Administrative Sciences, Kuwait University, Edailiyah,
Kuwait
2001
Syenni Herianti
1519200013
STIE MULTI
DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
PALEMBANG
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem perencanaan sumber daya perusahaan
(ERP) adalah serangkaian program terpadu yang memberikan dukungan untuk
kegiatan inti organisasi seperti manufaktur dan logistik, keuangan dan
akuntansi, penjualan dan pemasaran, dan sumber daya manusia. Sistem ERP
membantu berbagai bagian organisasi berbagi data dan pengetahuan, mengurangi
biaya, dan meningkatkan manajemen proses bisnis. Terlepas dari manfaatnya,
banyak sistem ERP gagal (Stratman dan Roth, 1999). Banyak sistem ERP menghadapi
kesulitan implementasi karena resistensi pekerja. Al-Mashari dan Zairi (2000)
menyatakan bahwa implementasi ERP yang efektif mensyaratkan pembentukan lima
kompetensi inti, di antaranya adalah penggunaan manajemen perubahan strategi
yang mendorong pemberian ER di tempat kerja. Meskipun beberapa studi mencoba
untuk mengatasi masalah ini dengan mengidentifikasi strategi manajemen
perubahan yang memfasilitasi keberhasilan implementasi ERP, banyak sistem ERP
masih menghadapi kesulitan, dan akhirnya, kegagalan. Alur penelitian lain yang
juga berkaitan dengan pengenalan produk baru (atau ide) mengemukakan cerita
yang berbeda. Meskipun sejumlah besar produk dan layanan baru yang mereka
perkenalkan setiap tahun, pemasar masih dapat mencapai tingkat kesuksesan yang
tinggi (Bogart, 1984). Mengapa? Saya percaya jawabannya terletak pada strategi
dan teknik yang digunakan oleh para profesional pemasaran. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk menunjukkan bagaimana ide-ide dan strategi pemasaran dan
implementasi ERP bersama-sama dapat membantu mengatasi resistensi pekerja
terhadapERP.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Strategi Manajemen Perubahan
untuk Implementasi ERP yang Sukses?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Strategi Manajemen Perubahan untuk
Implementasi ERP yang Sukses.
1.4 Manfaat Penelitian
Makalah
ini menyarankan bahwa konsep dan strategi pemasaran dapat disesuaikan dengan
konteks implementasi ERP. Untuk mengatasi penolakan pengguna terhadap
perubahan, manajemen puncak harus:
·
Mempelajari
struktur dan kebutuhan pengguna dan penyebab resistensi potensial di antara
mereka;
·
Berurusan
dengan situasi dengan menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk memperkenalkan
ERP dengan sukses; dan
·
Mengevaluasi
status upaya manajemen perubahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1)
Strategi
implementasi ERP
Tinjauan singkat penelitian ERP mengungkapkan berbagai
strategi untuk mengimplementasikan ERP dengan sukses. Seseorang dapat
mengklasifikasikan strategi ini menjadi strategi organisasi, teknis, dan orang.
Strategi organisasi untuk mempromosikan keberhasilan implementasi ERP meliputi
pengembangan dan penyebaran strategi perubahan, teknik manajemen perubahan,
manajemen proyek, struktur dan sumber daya organisasi, gaya dan ideologi
manajerial, komunikasi dan koordinasi, dan karakteristik fungsi SI (misalnya
Al-Mashari dan Zairi, 2000; Gable dan Stewart, 1999; Sarker dan Sarker, 2000).
Beberapa strategi teknis yang telah diusulkan untuk menentukan keberhasilan ERP
termasuk aspek teknis dari instalasi ERP, kompleksitas ERP, kecukupan keahlian
teknis in-house, dan waktu dan biaya implementasi (misalnya Al-Mashari dan
Zairi, 2000; Amoako-Gyampah , 1999; Russo et al., 1999; Sarker dan Sarker,
2000). Contoh strategi orang termasuk sikap staf dan manajemen, keterlibatan,
dan pelatihan (mis. Amoako-Gyampah, 1999; Gable dan Stewart, 1999; Russo et
al., 1999; Computerworld, 1998). Penelitian implementasi ERP di masa lalu dapat
digambarkan sebagai penelitian faktor, yang melibatkan identifikasi faktor atau
variabel yang penting untuk mengimplementasikan ERP dengan sukses. Meskipun
penelitian faktor sangat berharga untuk memajukan pemahaman kita tentang
keberhasilan implementasi ERP, ia mengadopsi pandangan yang agak statis, yang
membatasi kecukupannya dalam menjelaskan dinamika proses implementasi. Dengan
demikian, penelitian faktor saja tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana
transisi dari resistensi ke kesuksesan telah terjadi. Tidak seperti penelitian
faktor, proses penelitian membantu kita memahami bagaimana upaya implementasi
ERP telah terjadi; oleh karena itu memberikan gambaran yang bergerak tentang
bagaimana kita dapatkan dari waktu 1 ke waktu 2. Untuk mendapatkan manfaat dari
dua perspektif, dalam studi ini, saya akan mengadopsi pandangan terintegrasi
untuk implementasiERERP.
2)
Strategi
pemasaran
Ada banyak aliran penting penelitian dalam pemasaran, dua di
antaranya adalah pemasaran strategis dan perilaku konsumen. Pandangan pemasaran
strategis biasanya menyarankan beberapa langkah umum yang harus diikuti oleh
suatu organisasi untuk mengamankan kelangsungan hidup jangka panjangnya (mis.
Aaker, 1992). Fase-fase ini dapat disingkat sebagai berikut:
·
Sebuah
organisasi mengidentifikasi tujuan dan mengembangkan strategi untuk
mencapainya;
·
Sebuah
organisasi menerapkan strategi yang diidentifikasi; dan
·
Organisasi
mengevaluasi jika telah mencapai apa yang ingin dicapai.
Aliran penelitian pemasaran lainnya berfokus pada perilaku
konsumen. Pandangan perilaku konsumen tentang pemasaran adalah studi tentang
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, seperti persepsi, sikap, budaya, kelompok referensi, dll. Dalam upaya
untuk memahami sikap konsumen, beberapa pemasar menggunakan tiga model
panggung, yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif (Guiltinan
dan Paul, 1988). Komponen kognitif berkaitan dengan ide-ide yang dimiliki
seseorang tentang suatu objek. Komponen afektif berhubungan dengan perasaan
seseorang terhadap suatu objek. Komponen konatif berkaitan dengan niat perilaku
seseorang sehubungan dengan suatu objek. Untuk meyakinkan pembeli untuk
mengadopsi suatu produk, pemasar menggunakan strategi yang mempengaruhi
masing-masing dari tiga tahap (Wilkie, 1990).
3)
Implementasi
dan pemasaran ERP:
Kontras Pandangan yang dekat pada dua perspektif yang ada (ERP
dan pemasaran) mengungkapkan sejumlah perbedaan dan persamaan umum. Di satu
sisi, kedua perspektif itu berbeda dalam beberapa hal. Pertama, hasil bersih
yang dirasakan dari proses pertukaran biasanya positif di bawah perspektif
pemasaran karena konsumen membeli produk untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Namun, hasil bersih yang dirasakan dari implementasi ERP dapat dilihat oleh
beberapa karyawan sebagai negatif jika mereka menganggap sistem ERP sebagai
ancaman terhadap pekerjaan mereka. Kedua, tidak seperti literatur pemasaran,
literatur implementasi ERP masih berkembang dan belum membangun landasan teori
yang sistematis untuk mengatasi resistensi terhadap implementasiERERP. Di sisi
lain, ada banyak kesamaan mendasar antara kedua perspektif. Pertama dan
terpenting, kedua perspektif mencerminkan proses pertukaran antara dua pihak.
Kedua, kedua perspektif memiliki elemen penting yang sama dalam proses
pertukaran. Dalam pemasaran, elemen-elemen ini adalah penjual, pembeli, dan
produk; dan dalam tampilan ERP, ini adalah para pelaksana ERP, pengguna
potensial sistem ERP, dan sistem ERP. Akhirnya, kedua perspektif menderita dari
masalah resistensi terhadap perubahan. Dari kontras di atas, orang dapat dengan
jelas melihat bahwa kesamaan antara kedua perspektif lebih kuat daripada
perbedaan. Oleh karena itu, bidang ERP dapat mengambil manfaat dari pengalaman
orang-orang pemasaran dalam mengatasi produk tonew resistance (pengguna) resistensi
(sistem ERP).
4)
Sumber
resistensi
Pengguna sumber dan jenis resistensi pengguna terhadap
teknologi baru, seperti ERP, banyak. Kerangka kerja yang menarik yang
mengklasifikasikan jenis resistensi pengguna terhadap inovasi seperti
implementasi ERP berdasarkan sumber resistensi adalah dari Sheth (1981).
Kerangka kerja menunjukkan bahwa ada dua sumber mendasar resistensi terhadap
inovasi seperti ERP: risiko yang dirasakan dan kebiasaan. Perceived risk
mengacu pada persepsi seseorang tentang risiko yang terkait dengan keputusan
untuk mengadopsi inovasi, yaitu keputusan untuk menerima sistem ERP. Kebiasaan
mengacu pada praktik terkini yang dilakukan seseorang secara rutin. Untuk
mengurangi resistensi karyawan terhadap implementasi ERP, manajemen puncak organisasi
harus menganalisis sumber-sumber resistensi ini dan harus menggunakan
serangkaian strategi yang tepat untuk mengatasinya.
5)
Mengubah
strategi
Manajemen untuk implementasi ERP Strategi peningkatan, seperti
implementasi ERP, biasanya melibatkan perubahan. Oleh karena itu, respons
terhadap pelanggan internal sangat penting bagi organisasi untuk menghindari
kesulitan yang terkait dengan perubahan ini (Al-Mashari dan Zairi, 2000;
Aladwani, 1999; Aladwani, 1998). Untuk membantu manajemen puncak dengan masalah
organisasi yang kompleks tentang resistensi pekerja terhadap implementasi ERP,
saya menyarankan kerangka kerja konseptual yang terintegrasi dan berorientasi
proses yang terdiri dari tiga fase (Gambar 1): formulasi pengetahuan,
implementasi strategi, dan evaluasi status.
6)
Pikiran
penutup
Makalah ini menyarankan bahwa konsep dan strategi pemasaran
dapat disesuaikan dengan konteks implementasi ERP. Untuk mengatasi penolakan
pengguna terhadap perubahan, manajemen puncak harus:
·
Mempelajari
struktur dan kebutuhan pengguna dan penyebab resistensi potensial di antara
mereka;
·
Berurusan
dengan situasi dengan menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk memperkenalkan
ERP dengan sukses; dan
·
Mengevaluasi
status upaya manajemen perubahan.
Dalam tulisan ini, saya berpendapat bahwa implementasi ERP yang
sukses membutuhkan pencocokan strategi yang sesuai dengan tahap yang tepat
untuk mengatasi sumber resistensi (kebiasaan dan risiko yang dirasakan) secara
efektif. Pendekatan yang disarankan menunjukkan bagaimana tujuan ini mungkin
tercapai. Untuk masa depan, saya mengusulkan model untuk pengujian formal
(Gambar 2). Model ini berakar pada literatur tentang implementasi dan pemasaran
ERP. Ini merangkum ide-ide dalam makalah ini, yang memberikan spesifikasi
teoritis untuk menghasilkan kumpulan pengetahuan kumulatif dalam implementasi
ERP.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan penelitian kualitatif.
3.2 Objek/Subjek Penelitian
Sistem perencanaan sumber daya perusahaan
(ERP) adalah serangkaian program terpadu yang memberikan dukungan untuk
kegiatan inti organisasi seperti manufaktur dan logistik, keuangan dan
akuntansi, penjualan dan pemasaran, dan sumber daya manusia.
3.3
Pemilihan Informan Kunci
Dalam bagian ini dijelaskan pula
tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut
dilakukan.
3.4
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan data sekunder.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data
dijelaskan tentang bagaimana metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara
dan penyebaran kuesioner
3.6 Teknik Analisis Data
Implementasi ERP yang
sukses membutuhkan pencocokan strategi yang sesuai dengan tahap yang tepat
untuk mengatasi sumber resistensi (kebiasaan dan risiko yang dirasakan) secara
efektif. Literatur tentang implementasi dan pemasaran
ERP. Ini merangkum ide-ide dalam makalah ini, yang memberikan spesifikasi
teoritis untuk menghasilkan kumpulan pengetahuan kumulatif dalam implementasi
ERP.