Sunday, 20 January 2019

Resume Jurnal Manajemen Perubahan


STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DI  PERGURUAN  TINGGI






RESUME JURNAL

Muhammad Arifin, MPd Dosen FKIP

Universitas  Muhammadiyah Sumatera  Utara

2017




Syenni Herianti

1519200013




STIE MULTI DATA PALEMBANG

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PALEMBANG

2019



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Manajemen  adalah  perbuatan  yang  menggerakkan  sumber  daya  manusia    dan segala  fasilitas    yang  dimiliki  untuk  mencapai  tujuan.  Manajemen  juga  merupakan  proses pendayagunaan  sumber  daya  melalui  kegiatan  fungsi  manajemen  yaitu  perencanaan, pengorganisasian,  penggerakan,  dan  pengendalian  semua  potensi  yang  dimiliki    untuk mencapai  tujuan.secara  efektif  dan  efisien.  Sebagai    proses  pendayagunaan  sumber  daya organisasional  melalui  keefektifan  kegiatan  fungsi-fungsi  perencanaan,  pengorganisasian, penggerakan,  dan  pengendalian  dengan  segala  aspeknya  dengn  menggunakan  semua potensi  yang  tersedia  agar trercapai tujuan organisasi secara  efektif dan  efisien. Perencanaan  (planning)  sebagai  salah  satu  fungsi  manajemen  merupakan  awal  yang sangat  menentukan  dalam  pemilihan  pola-pola  yang  akan  dilaksanakan  dalam  rangka pengambilan  keputusan.  Demikian  juga  dengan  pengorganisasian  (organizing).
Pengorganisasian  merupakan  alat  untuk  mempermudah  pencapaian  tujuan  dengan mempertimbangkan  legitimasi  (legitimacy),  efisiensi  (efficiency),  keefektifan (effectiveness)  dan keunggulan  (excellence)   Penggerakan  (actuating)  adalah  usaha  membujuk,  mengarahkan  dan  menggerakkan orang-orang  untuk  melaksanakan  tugas-tugas  sebagaimana  ditentukan  dalam  pencapaian tujuan.  Kemampuan  pemimpin  dalam  menggerakkan  bawahannya  untuk  melakukan sesuatu  dalam  pencapaian  tujuan  akan  terlihat  dari  sejauhmana  lembaga  itu  mampu meningkat  hubungan  kerja,  membina  kerjasama,  member  motivasi  kerja  maupun menggerakkan sumber daya  lembaga.
Semua  pelaksanaan  fungsi  manajemen  perlu  diawasi  secara  seksama  sebab  dalam pengawasan  pada  dasarnya  telah  include  dengan  tindakan  memotivasi  dan  menuntun  usaha pencapaian  tujuan  yang  telah  ditetapkan.  Walaupun  pengawasan  tidak  sama  dengan inspeksi  namun  diperlukan  disiplin.  Disipilin  itulah  yang  dijadikan  sebagai  acuan  untuk mengontrol  kerja  bawahan  pada  lembaga  sekaligus  mengawasi  aktivitas  para  karyawan apakah  sesuai  atau  tidak  dengan  rencana  kerja  yang  telah  ditetapkan.  Sebab  peningkatan disiplin  di  lembaga  manapun  merupakan  langkah  pertama  dan  utama  dalam  mewujudkan cita-cita  lembaga.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana strategi manajemen perubahan dalam meningkatkan disiplin di perguruan tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi manajemen perubahan dalam meningkatkan disiplin di perguruan tinggi

1.4 Manfaat Penelitian

Manajemen  perubahan  sangat  tepat  dilakukan  dalam  meningkatkan  disiplin utamanya  pada  perguruan  tinggi.  Sebab  akibat-akibat  yang  ditimbulkan  oleh  perubahan dalam  organisasi  selalu  berakibat  dua  hal  yaitu  perubahan  menuju  kebaikan  dan  perubahan menuju  kehancuran.  Kedua  hal  itu  dapat  terjadi  karena  beberapa  sebab  yang  berasal  dari dalam  maupun  dari  luar  lembaga  yang  bersangkutan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

 A. Strategi
1.   Pengertian Strategi
Istilah  strategi  pada  dasarnya  merupakan  istilah  yang  sering  digunakan  pada  saat membicarakan  upaya-upaya  dalam  pencapaian  tujuan.  Strategi  dalam  KBBI  (1990:859) adalah  siasat  perang  atau  ilmu  siasat  perang.  Strategi  dapat  juga  dikatakan  sebagai  rencana yang  cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran khusus. Berbicara  tentang  kata  “strategi”  pada  mulanya  hanya  berkaitan  dengan  lingkungan militer  yaitu  pada  saat  terjadinya  peperangan.  Strategi  selalu  melekat  pada  seorang komandan  dalam  menghadapi  musuh-musuhnya  agar  mencapai  kemenangan.    Namun  ada yang  berpendapat  bahwa  strategi  adalah  seni.  Potter  (1998)  dalam  Sagala  (2004:227) mengatakan  strategi  sebagai  suatu  seni  dan  ilmu  dari  pembuatan  formulating),  (penerapan (implementing),  dan  evaluasi  (evaluating)  keputusan-keputusan  strategis  antar  fungsi  yang memungkinkan  sebuah  organisasi  mencapai  tujuan-tujuan  dimasa  mendatang.  Beberapa pakar  mendefinisikan  strategi  dengan  penekanan-penekanan  yang  berbeda.  Menurut  Stuart Wells  (1998:53)  Strategi  adalah  ilmu  perencanaan  dan  penugasan  operasi  militer  dalam skala  besar,  khususnya  kekuatan  maneuver  untuk  mendapatkan  posisi  yang menguntungkan dalam berhadapan dengan musuh.  
2.  Jenis-jenis Strategi  
Menurut  David    (2004:231)  strategi  dapat  dibedakan  atas  5  jenis,  yaitu  sebagai berikut:
a.       Strategi  Integrasi.  
Integrasi  ke  depan,  integrasi  ke  belakang,  integrasi  horizontal  kadang  semuanya disebut  sebagai  integrasi  vertikal.  Strategi  integrasi  vertikal  memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para  distributor,  pemasok, dan / atau pesaing.  
b.      Strategi  Intensif.  
Penetrasi  pasar,  dan  pengembangan  produk  kadang  disebut  sebagai  strategi  intensif karena  semuanya  memerlukan  usaha-usaha  intensif  jika  posisi  persaingan  perusahaan dengan produk  yang  ada  hendak ditingkatkan.
c.       Strategi  Diversifikasi.
Terdapat  tiga  jenis  strategi  diversifikasi,  yaitu  diversifikasi  konsentrik,  horizontal, dan  konglomerat.  Menambah  produk  atau  jasa  baru,  namun  masih  terkait  biasanya disebut  diversifikasi  konsentrik.  Menambah  produk  atau  jasa  baru  yang  tidak  terkait untuk  pelanggan  yang  sudah  ada  disebut  diversifikasi  horizontal.  Menambah  produk atau jasa  baru  yang  tidak  disebut diversifikasi konglomerat.
d.      Strategi Defensif. 
Disamping  strategi  integrative,  intensif,  dan  diversifikasi,  organisasi  juga  dapat menjalankan  strategi  rasionalisasi  biaya,  divestasi,  atau  likuidasi.  Rasionalisasi Biaya,  terjadi  ketika  suatu  organisasi  melakukan  restrukturisasi  melalui  penghematan biaya  dan  aset  untuk  meningkatkan  kembali  penjualan  dan  laba  yang  sedang menurun.  Kadang  disebut  sebagai  strategi  berbalik  (turnaround)  atau  reorganisasi, rasionalisasi  biaya  dirancang  untuk  memperkuat  kompetensi  pembeda  dasar organisasi.  Selama  proses  rasionalisasi  biaya,  perencana  strategi  bekerja  dengan sumber  daya  terbatas  dan  menghadapi  tekanan  dari  para  pemegang  saham,  karyawan dan media.
e.       Strategi Umum  Michael Porter.  
Menurut  Porter,  ada  tiga  landasan  strategi  yang  dapat  membantu  organisasi memperoleh  keunggulan  kompetitif,  yaitu  keunggulan  biaya,  diferensiasi,  dan  fokus. Porter  menamakan  ketiganya  strategi  umum.  Keunggulan  biaya  menekankan  pada pembuatan  produk  standar  dengan  biaya  per  unit  sangat  rendah  untuk  konsumen yang  peka  terhadap  perubahan  harga.  Diferensiasi  adalah  strategi  dengan  tujuan membuat  produk  dan  menyediakan  jasa  yang  dianggap  unik  di  seluruh  industri  dan ditujukan  kepada  konsumen  yang  relatif  tidak  terlalu  peduli  terhadap  perubahan harga.  Fokus  berarti  membuat  produk  dan  menyediakan  jasa  yang  memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil  konsumen.  

B. Manajemen  Perubahan
1)      Pengertian  Manajemen
Kata  Managemen  berasal  dari  bahasa  Inggris  dan  di  terjemahkan  ke  dalam  bahasa Indonesia  menjadi  “Manajemen”.  Terry  dalam  Dachnel  Kamars,  (2004:220)  menyebut :”Management  is  a  distinct  process  consisting  of  planning,  organizing,  actuating,  and controlling,  performed  to  determine  and  a  complish  stated  objectives  by  the  used  of  human beings  and  other  resources”.  Maksudnya:  manajemen  adalah  proses  berbeda  yang  terdiri dari  perencanaan,  pengorganisasian,  pelaksanaan,  dan  pengawasan  yang  dipertunjukkan untuk  menentukaqn  dan  menyelesaikan  tujuan-tujuan  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya dengan  menggunakan  sumber-sumber  daya  manusia  dan  lainnya.  Sedangkan  Mondy  dan Premaux  dalam  buku  yang  sama    mengatakan,  “management  is  the  process  of  gettings done  throught  “The  effort  of  other  people”  maksudnya,  manajemen  adalah  proses  sesuatu dikerjakan melalui  upaya-upaya  orang  lain.
Selanjutnya,  Marry  Parker  Follet  dalam  Mamduh  M.Hanafi  (1997:7) mendefinisikan  manajemen  sebagai  suatu  seni  untuk  mencapai  sesuatu  yang  melalui  orang lain  (the  art  of  getting  things  done  through  the  others).  Ini  berarti  manajemen  tidak  bekerja sendiri, tetapi bekerja  sama dengan orang  lain untuk mencapai tujuan tertentu.
2)      Pengertian  Perubahan
Perubahan  merupakan  sesuatu  yang  sering  terjadi  dengan  sendirinya  tanpa  disadari. Perubahan  mempunyai  manfaat  bagi  kelangsungan  hidup  suatu  lembaga/organisasi,  tanpa adanya  perubahan  maka  usia  organisasi  tidak  akan  dapat  bertahan  lama.  Perubahan bertujuan  agar  organisasi  tidak  menjadi  statis  melainkan  tetap  dinamis  dalam  menghadapi perkembangan  jaman,  kemajuan  teknologi  dan  dibidang  pelayanan  kesehatan  adalah peningkatan kesadaran pasien akan pelayanan  yang  berkualitas.   Perubahan  dapat  dibedakan  atas  dua  macam  yaitu  perubahan  tidak  berencana  dan perubahan  berencana.  Perubahan  tidak  berencana  terdiri  dari  Perubahan  karena perkembangan  (Developmental  Change)  dan  Perubahan  secara  tiba-tiba  (Accidental Change),  sedangkan    perubahan  berencana  :adalah  perubahan  yang  disengaja/  bahkan direkayasa  oleh pihak manajemen. Perubahan  yang  dilakukan  secara  sengaja,  lebih  banyak  dilakukan  atas  kemauan sendiri,  sehingga  proses  perubahan  itu  lebih  banyak  diusahakan  oleh  sistem  itu  sendiri. Bahkan  kita  sering  berfikir  tentang  perubahan  padahal  justru  pada  saat  itu  sedang  terjadi perubahan.   

3)      Pengertian  Manajemen Perubahan
Beberapa  ahli, memberi  definisi  tentang  manajemen perubahan  sebagai berikut:  
a)      Menurut  Wibowo,  Manajemen  perubahan  adalah  suatu  proses  secara  sistematis dalam  menerapkan  pengetahuan,  sarana  dan  sumber  daya  yang  diperlukan  untuk mempengaruhi  perubahan  pada  orang  yang  akan  terkena  dampak  dari  proses tersebut.
b)       Menurut  Winardi,  manajemen  perubahan  adalah  upaya  yang  ditempuh  manajer untuk  memanajemen  perubahan  secara  efektif,  dimana  diperlukan  pemahaman tentang  persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.
c)       Manajemen  perubahan  adalah  upaya-upaya  yang  dilakukan  untuk  mengelola  akibatakibat  yang  ditimbulkan  karena  adanya  perubahan  dalam  organisasi.  Organisasi dapat  terjadi  karena  sebab-sebab  yang  berasal  dari  dalam  maupun  dari  luar organisasi tersebut.

C. Strategi  Manajemen Perubahan
Ada  beberapa  jenis  strategi  manajemen  perubahan.  Jenis-jenis  strategi  manajemen perubahan  antara  lain adalah  :
1)      Political  strategy  :  Pemahaman  mengenai  struktur  kekuasaan  yang  terdapat  dalam sistem sosial.
2)      Economic  Strategy  :  Pemahaman  dalam  memegang  posisi  pengaturan  sumber ekonomik,  yaitu memegang  posisi kunci dalam proses perubahan berencana.
3)      Academic  Strategy  :  Pemahaman  bahwa  setiap  manusia  itu  rasional,  yaitu  setiap orang  sebenarnya  akan  bisa  menerima  perubahan,  manakala  kepadanya  disodorkan data  yg dapat diterima  oleh akal sehat  (Rasio).
4)      Enginering  Strategy  :  Pemahaman  bahwa  setiap  perubahan  menyangkut  setiap manusia.
5)      Military  Strategy  :  Pemahaman  bahwa  perubahan  dapat  dilakukan  dengan kekerasan/ paksaan.
6)      Confrontation  Strategy  :  Pemahaman  jika  suatu  tindakan  bisa  menimbulkan kemarahan seseorang, maka  orang  tersebut akan berubah.
7)      Applied behavioral science  Model  : Pemahaman terhadap  Ilmu perilaku.
8)      Followship  Strategy  :  Pemahaman  bahwa  perubahan  itu  dapat  dilakukan  itu  dapat dilakukan dengan mengembangkan prinsip kepengikutan.
D.  Disiplin
a.       Pengertian  Disiplin
Kata  disiplin  berasal  dari  Bahasa  Latin  “discipline”  yang  berarti  “latihan  atau pendidikan  kesopanan  dan  kerohanian  serta  pengembangan  tabiat.”  Disiplin merupakan  salah  satu  dari  sekian  banyak  upaya  untuk  memperbaiki  perilaku  individu sehingga  taat  dan  patuh  pada  aturan,  hukum  atau  norma  yang  berlaku.  Disiplin  sering disebut  sebagai  sikap  mental  seseorang  yang  mengandung  kerelaan  mematuhi, ketentuan, peraturan, dan  norma  yang  berlaku  dalam menunaikan tugas dan  tanggung jawab.  Tanggung  jawab,  baik  yang  berhubungan  dengan  waktu  maupun  terhadap kewajiban dan hak.   Ada  juga  yang  menganggap  disiplin  dapat  juga  diartikan  sebagai  sikap menumbuhkan  kendali  diri,  karakter  atau  keteraturan,  dan  efisiensi.  Depdiknas (2001)  mendefinisikan  disiplin  atau  tetib  sebagai  suatu  sikap  konsisten  dalam melakukan sesuatu.  
b.      Macam-macam Disiplin.
Menurut  Hurlock  (1978:  82),  ada  dua  konsep  mengenai  disiplin,  yaitu  disiplin positif  dan  disiplin  negatif.  Disiplin  positif  sama  artinya  dengan  pendidikan  dan bimbingan  karena  menekankan  pertumbuhan  di  dalam  diri  yang  mencakup  disiplin  diri (self  discipline)  yang  mengarah  dari  motivasi  diri  sendiri,  dimana  dalam  melakukan sesuatu  (mentaati  aturan  dan  norma)  harus  datang  dari  kesadaran  diri  sendiri.  Disiplin negatif  berarti  pengendalian  dengan  kekuasaan  luar  yang  biasanya  dilakukan  secara terpaksa  dan  dengan  cara  yang  kurang  menyenangkan  atau  dilakukan  karena  takut hukuman (punishment).


BAB III

METODE PENELITIAN


3.1    Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif.

3.2    Objek/Subjek Penelitian

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan daya saing bangsa dimata dunia. Untuk mewujudkan peran yang strategis dan besar tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka sumber daya manusia perguruan tinggi haruslah memiliki disiplin, kompetensi dan kualitas yang unggul terutama bagi dosen sebagai tenaga pengajar. Perguruan Tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu, sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti dan sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien serta sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan kehidupan yang mempunyai tujuan yaitu “Tri Dharma Perguruan Tinggi” yang menghasilkan output yang dibutuhkan masyarakat dalam membangun Indonesia, dirasa perlu adanya manajemen

3.3    Pemilihan Informan Kunci

Dalam bagian ini dijelaskan pula tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut dilakukan.

3.4    Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder.

3.5    Teknik Pengumpulan Data

Dalam prosedur pengumpulan data dijelaskan tentang bagaimana metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara dan penyebaran kuesioner

3.6    Teknik Analisis Data

Banyak faktor yang dapat menimbulkan perubahan terhadap perguruan tinggi tergantung kepada bagaimana pemimpin perguruan tinggi tersebut mengelola lembaga yang dipimpinnya menuju arah yang diinginkan. Sebab pada dasarnya perubahan adalah hal yang wajar dan bahkan hal yang pasti akan terjadi. Permasalahan adalah bagaimana menjadikan perubahan dimaksud menjadi peningkatan kearah yang lebih baik, dan untuk mewujudkannya diperlukan kemampuan manajerial seorang manajer dalam mengelolanya. Keberhasilan manajer dalam mengelola perubahan harus bersinergi dengan disiplin. Manajemen perubahan harus diawali dengan peningkatan disiplin. Disiplin harus berubah dari yang kurang menjadi lebih, sebab disiplin adalah ibarat garam dalam suatu masakan yang apabila tidak ada akan sangat mempenguhi akan cita dan rasa gulainya. Oleh sebab itu strategi yang baik dalam melaksanakan manajemen perubahan untuk meningkatkan disiplin akan sangat bermanfaat terhadap perguruan tinggi.


MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)  PEMERINTAHAN DI INDONESIA Sebuah Pemikiran  Dalam  Menyongsong  Peralihan e-Government  Menjadi  e-Governance



RESUME JURNAL
T. Fahrul Gafar 
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Abdurrab
2017



Syenni Herianti
1519200013


STIE MULTI DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PALEMBANG
2019


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Selama lebih dari satu dekade program e-Government atau penggunaan dan pemanfaatan Teknonogi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia diimplementasikan sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) no 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government indonesia. Namun, selama itu pula kinerja eGovernment Indonesia belum menemui performa yang ideal. Sebuah fakta dan data menyatakan, bahwa pada tahun 2016 Indonesia mendapat peringkat ke 116 dunia versi eGovernment Development Index (EGDI), turun 10 peringkat dibandingkan tahun 2014 yang menduduki peringkat ke 106. Kondisi ini masih jauh berada di bawah negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (peringkat ke-4), Malaysia (peringkat ke-60), Filipina (peringkat ke-71), dan Brunei Darussalam (peringkat ke-83). Sementara itu, nilai Online Service Index (OSI), dan Telecommunication Infrastructure Index (TII) Indonesia juga masih berada di bawah rata-rata di regional Asia. Indonesia berada pada angka 0,3623 pada OSI, dan 0,3016 pada TII, sedangkan di kawasan Asia rata-rata OSI pada angka 0,5120 dan TII pada angka 0,3730.


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen perubahan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui manajemen perubahan dalam teknologi informasi dam komunikasi (TIK) pemerintahan di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat peneliaitan adalah hal-hal yang terjadi apabila tujuan tercapai. Bila point-point tujuan tercapai, manfaat apa saja yang dapat diperoleh. Uraikan manfaat penelitian baik secara teori maupun terapan yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan,pemecahan masalah perusahaan atau pengembangan kelembagaan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
1.      Diorama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pemerintahan di Indonesia
Pada tahun 2003, Presiden Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden  Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Kemunculan Inpres ini tidak saja diartikan sebagai tindak lanjut Inpres Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika Indonesia, tetapi juga merupakan cetusan komitmen untuk menerapkan sebuah konsep tentang pemanfaatan teknologi informasi yang telah dipraktekkan di negara-negara maju yang telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang efektif dan efisien, yang diistilahkan sebagai Electronic Government (e-Government).
Pemanfataan e-Government bagi pemerintah adalah untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dari pemerintah dapat dianalogikan sebagai berikut; jika dahulu sebuah pemerintah terkenal dengan birokrasinya yang sangat lambat, boros, dan sangat fungsional, maka masyarakat saat ini membutuhkan sebuah kinerja pemerintah yang cepat, murah, dan berorientasi pada proses agar dapat memberikan dukungan yang signifikan dan kompetitif bagi para customer-nya (individu, komunitas bisnis, masyarakat, dan stakeholder yang lain).
Di tingkat daerah, pemerintah daerah juga dituntut untuk mengikuti roadmap yang telah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) sebagai kementerian yang memiliki kewenangan dan bertanggung jawab terhadap pengembangan eGovernment Indonesia. Berdasarkan roadmap Kementrian Kominfo, pada tahap pertama atau tahun 2010-2012, merupakan fase Indonesia Connected, dimana dalam tahap ini seluruh desa ada akses telepon, seluruh kecamatan harus ada akses internet. Pada tahap kedua atau tahun 2012-2014 Kemkominfo memiliki misi Indonesia Informative, yaitu masyarakat Indonesia sudah masuk dalam masyarakat Informasi. Pada fase ini, diharapkan seluruh ibukota propinsi terhubung dengan jaringan fiber optic (serat optik), seluruh kabupaten/kota memilik akses broadband dan peningkatan e-Service, e-Health, eEducation dan “e” lainnya bagi semua lapisan masyarakat. Pada tahun 20142018 diharapkan Indonesia masuk dalam Indonesia Broadband dan masyarakat masuk dalam kategori masyarakat pengetahuan.
Berdasarkan hasil studi sejumlah praktisi e-Government di berbagai negara, secara pokok terdapat 3 (tiga) tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengembangkan konsep e-Government di negaranya masing-masing, yaitu (Indrajit:2004:19) :
1.      Tantangan yang berkaitan dengan cara menciptakan dan menentukan kanal-kanal akses digital (maupun elektronik) yang dapat secara efektif dipergunakan oleh masyarakat maupun pemerintah;
2.      Tantangan yang berkaitan dengan keterlibatan lembagalembaga lain di luar pemerintah (pihak komersial swasta maupun pihak-pihak non komersial lainnya) dalam mengembangkan infrastruktur maupun superstruktur eGovernment yang dibutuhkan; dan
3.      Tantangan yang berkaitan dengan penyusunan strategi institusi terutama yang berkaitan dengan masalah biaya investasi dan operasional sehingga program manajemen perubahan e-Government ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan.
Tantangan-tantangan diatas membuat kita harus jeli dalam melihat berbagai gejala, terutama perubahan paradigma dalam e-Government memiliki tuntutan yang cepat dan dinamis. Keterangan diatas juga menunjukkan bahwa pemerintah saja tidak bisa diandalkan untuk menjadi agen tunggal dalam percepatan perbaikan performa e-Government Indonesia. Pergeseran orientasi telah dan sedang dari Government Oriented kepada Citizen Oriented, selain itu Silo Resource atau sumber daya “silo” yang dipahami sebagai sebuah mentalitas yang kaku dan tertutup akan berubah menjadi Shared Resource atau sumber daya yang tersebarkan, dan layanan eletronik yang satu arah (tunggal) berubah menjadi Shared Service atau layanan yang tersebar dimana-mana (Anggono, 2015:12). Dari gambaran tersebut, maka perlu pihak-pihak lain agar dapat bekerja secara sinergis dan harmonis dalam tata kelola TIK pemerintahan di Indonesia. Secara eksplisit penulis akan menjelaskan siapa saja pihak-pihak yang patut berkolaborasi dalam mewujudkan digitalisasi dunia pemerintahan melalui penelusuran teori-teori terkait.
2.      Spektra Teoritika Pemerintahan 

Secara etimologis kata pemerintah dan pemerintahan ditarik dari kata “titah”. Dari sudut leksikal berarti amanat, amar (al-‘amr), sabda, dan firman yang semuanya bermakna “perintah” (Endarmoko, 2006:647). Kata “titah” dapat dikatakan sejajar dengan kata  gubernare (Latin/Spanyol), kybern (Greek/Yunani), dan govern (Inggris). Govern/  steering dalam bahasa latin adalah gubernare, sedangkan dalam bahasa Gerika (Greek/Yunani) adalah kybernan. Gubernare kemudian berubah menjadi Gubernantia. Sedangkan dalam bahasa Belanda, berasal dari kata besturen (mengemudiInggris: steering) di tambah kunde (kepandaian-Inggris: craft, skill) (Ndraha, 2003: xxii). Namun yang sering kita dengar dan gunakan dalam berbagai kegiatan akademik baik lisan maupun tulisan adalah derivasi (turunan) kata gubernantia yang kemudian menjadi cikal bakal (embrio) dari kata governance (govern+ance) yang berarti “pemerintahan” (peristiwa/ kejadian). Sedangkan kata government (govern+ment) adalah badan atau lembaga yang melakukan kegiatan dan aktifitas perintah-memerintah sehingga dari kegiatan dan aktifitas tersebut menghasilkan gejala, peristiwa, dan kejadian sebagai sebuah fenomena sosial yang tak terbantahkan.
Berdasarkan pandangan teleskopik terhadap beberapa lapisan lensa teori diatas, sederhananya aktifitas governance atau pemerintahan atau juga dapat dimaknai dengan tata kelola sebagaimana yang telah dijabarkan diatas apabila ia didukung dengan teknologi sebagai enabler (alat bantu) akan menjadikan ia bertransformasi dari e-Government menjadi e-Governance yang mampu menata dan mengelola berbagai aktifitas pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien serta membawa manfaat besar lainnya. Ini menunjukkan bahwa e-Governance adalah realitas terkini, yang akan menjadi urgen dilakukan untuk masa depan sesuai dengan keadaan zaman yang menuntut sebuah perubahan yang bukan saja diperlukan oleh negaranegara maju tapi juga oleh negaranegara berkembang. Namun, sebagian besar inisiatif e-Governance hari ini umumnya masih mengalami obstacle bahkan terancam gagal dikarenakan negara menghadapi dua rintangan besar. Pertama, rintangan secara strategis untuk kesiapan: menyiapkan pra-kondisi yang teridentifikasi untuk e-Governance. Kedua, rintangan secara taktis untuk menutup kesenjangan realitas desain: menerapkan praktik terbaik dalam program e-Governance untuk menghindari kegagalan dan meraih kesuksesan. Bagaimanakah sebaiknya sikap kita? berikut beberapa butir pandangan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan.



BAB III

METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif.

3.2 Objek/Subjek Penelitian
Selama  lebih  dari  satu  dekade  program  e-Government  atau  penggunaan  dan  pemanfaatan Teknonogi  Informasi  dan  Komunikasi  (TIK)  di  Indonesia  diimplementasikan  sejak dikeluarkannya  Instruksi  Presiden  (Inpres)  no  3  Tahun  2003  tentang  Kebijakan  dan  Strategi Nasional  Pengembangan  e-Government  indonesia.  Namun,  selama  itu  pula  kinerja  eGovernment  Indonesia  belum  menemui  performa  yang  ideal.
3.3 Pemilihan Informan Kunci
Dalam bagian ini dijelaskan pula tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut dilakukan.

3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data dijelaskan tentang bagaimana metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara dan penyebaran kuesioner


3.6 Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, dijelaskan analisis yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.







Strategi Manajemen Perubahan untuk Implementasi ERP yang Sukses





RESUME JURNAL
Adel M. Aladwani
Department of QM and IS, College of Administrative Sciences, Kuwait University, Edailiyah, Kuwait
2001





Syenni Herianti
1519200013




STIE MULTI DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PALEMBANG
2019




BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) adalah serangkaian program terpadu yang memberikan dukungan untuk kegiatan inti organisasi seperti manufaktur dan logistik, keuangan dan akuntansi, penjualan dan pemasaran, dan sumber daya manusia. Sistem ERP membantu berbagai bagian organisasi berbagi data dan pengetahuan, mengurangi biaya, dan meningkatkan manajemen proses bisnis. Terlepas dari manfaatnya, banyak sistem ERP gagal (Stratman dan Roth, 1999). Banyak sistem ERP menghadapi kesulitan implementasi karena resistensi pekerja. Al-Mashari dan Zairi (2000) menyatakan bahwa implementasi ERP yang efektif mensyaratkan pembentukan lima kompetensi inti, di antaranya adalah penggunaan manajemen perubahan strategi yang mendorong pemberian ER di tempat kerja. Meskipun beberapa studi mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan mengidentifikasi strategi manajemen perubahan yang memfasilitasi keberhasilan implementasi ERP, banyak sistem ERP masih menghadapi kesulitan, dan akhirnya, kegagalan. Alur penelitian lain yang juga berkaitan dengan pengenalan produk baru (atau ide) mengemukakan cerita yang berbeda. Meskipun sejumlah besar produk dan layanan baru yang mereka perkenalkan setiap tahun, pemasar masih dapat mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi (Bogart, 1984). Mengapa? Saya percaya jawabannya terletak pada strategi dan teknik yang digunakan oleh para profesional pemasaran. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menunjukkan bagaimana ide-ide dan strategi pemasaran dan implementasi ERP bersama-sama dapat membantu mengatasi resistensi pekerja terhadapERP.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Strategi Manajemen Perubahan untuk Implementasi ERP yang Sukses?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Strategi Manajemen Perubahan untuk Implementasi ERP yang Sukses.

1.4 Manfaat Penelitian

Makalah ini menyarankan bahwa konsep dan strategi pemasaran dapat disesuaikan dengan konteks implementasi ERP. Untuk mengatasi penolakan pengguna terhadap perubahan, manajemen puncak harus:
·         Mempelajari struktur dan kebutuhan pengguna dan penyebab resistensi potensial di antara mereka;
·         Berurusan dengan situasi dengan menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk memperkenalkan ERP dengan sukses; dan
·         Mengevaluasi status upaya manajemen perubahan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
1)      Strategi implementasi ERP
Tinjauan singkat penelitian ERP mengungkapkan berbagai strategi untuk mengimplementasikan ERP dengan sukses. Seseorang dapat mengklasifikasikan strategi ini menjadi strategi organisasi, teknis, dan orang. Strategi organisasi untuk mempromosikan keberhasilan implementasi ERP meliputi pengembangan dan penyebaran strategi perubahan, teknik manajemen perubahan, manajemen proyek, struktur dan sumber daya organisasi, gaya dan ideologi manajerial, komunikasi dan koordinasi, dan karakteristik fungsi SI (misalnya Al-Mashari dan Zairi, 2000; Gable dan Stewart, 1999; Sarker dan Sarker, 2000). Beberapa strategi teknis yang telah diusulkan untuk menentukan keberhasilan ERP termasuk aspek teknis dari instalasi ERP, kompleksitas ERP, kecukupan keahlian teknis in-house, dan waktu dan biaya implementasi (misalnya Al-Mashari dan Zairi, 2000; Amoako-Gyampah , 1999; Russo et al., 1999; Sarker dan Sarker, 2000). Contoh strategi orang termasuk sikap staf dan manajemen, keterlibatan, dan pelatihan (mis. Amoako-Gyampah, 1999; Gable dan Stewart, 1999; Russo et al., 1999; Computerworld, 1998). Penelitian implementasi ERP di masa lalu dapat digambarkan sebagai penelitian faktor, yang melibatkan identifikasi faktor atau variabel yang penting untuk mengimplementasikan ERP dengan sukses. Meskipun penelitian faktor sangat berharga untuk memajukan pemahaman kita tentang keberhasilan implementasi ERP, ia mengadopsi pandangan yang agak statis, yang membatasi kecukupannya dalam menjelaskan dinamika proses implementasi. Dengan demikian, penelitian faktor saja tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana transisi dari resistensi ke kesuksesan telah terjadi. Tidak seperti penelitian faktor, proses penelitian membantu kita memahami bagaimana upaya implementasi ERP telah terjadi; oleh karena itu memberikan gambaran yang bergerak tentang bagaimana kita dapatkan dari waktu 1 ke waktu 2. Untuk mendapatkan manfaat dari dua perspektif, dalam studi ini, saya akan mengadopsi pandangan terintegrasi untuk implementasiERERP.
2)      Strategi pemasaran
Ada banyak aliran penting penelitian dalam pemasaran, dua di antaranya adalah pemasaran strategis dan perilaku konsumen. Pandangan pemasaran strategis biasanya menyarankan beberapa langkah umum yang harus diikuti oleh suatu organisasi untuk mengamankan kelangsungan hidup jangka panjangnya (mis. Aaker, 1992). Fase-fase ini dapat disingkat sebagai berikut:
·         Sebuah organisasi mengidentifikasi tujuan dan mengembangkan strategi untuk mencapainya;
·         Sebuah organisasi menerapkan strategi yang diidentifikasi; dan
·         Organisasi mengevaluasi jika telah mencapai apa yang ingin dicapai.
Aliran penelitian pemasaran lainnya berfokus pada perilaku konsumen. Pandangan perilaku konsumen tentang pemasaran adalah studi tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, seperti persepsi, sikap, budaya, kelompok referensi, dll. Dalam upaya untuk memahami sikap konsumen, beberapa pemasar menggunakan tiga model panggung, yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif (Guiltinan dan Paul, 1988). Komponen kognitif berkaitan dengan ide-ide yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Komponen afektif berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap suatu objek. Komponen konatif berkaitan dengan niat perilaku seseorang sehubungan dengan suatu objek. Untuk meyakinkan pembeli untuk mengadopsi suatu produk, pemasar menggunakan strategi yang mempengaruhi masing-masing dari tiga tahap (Wilkie, 1990).
3)      Implementasi dan pemasaran ERP:
Kontras Pandangan yang dekat pada dua perspektif yang ada (ERP dan pemasaran) mengungkapkan sejumlah perbedaan dan persamaan umum. Di satu sisi, kedua perspektif itu berbeda dalam beberapa hal. Pertama, hasil bersih yang dirasakan dari proses pertukaran biasanya positif di bawah perspektif pemasaran karena konsumen membeli produk untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Namun, hasil bersih yang dirasakan dari implementasi ERP dapat dilihat oleh beberapa karyawan sebagai negatif jika mereka menganggap sistem ERP sebagai ancaman terhadap pekerjaan mereka. Kedua, tidak seperti literatur pemasaran, literatur implementasi ERP masih berkembang dan belum membangun landasan teori yang sistematis untuk mengatasi resistensi terhadap implementasiERERP. Di sisi lain, ada banyak kesamaan mendasar antara kedua perspektif. Pertama dan terpenting, kedua perspektif mencerminkan proses pertukaran antara dua pihak. Kedua, kedua perspektif memiliki elemen penting yang sama dalam proses pertukaran. Dalam pemasaran, elemen-elemen ini adalah penjual, pembeli, dan produk; dan dalam tampilan ERP, ini adalah para pelaksana ERP, pengguna potensial sistem ERP, dan sistem ERP. Akhirnya, kedua perspektif menderita dari masalah resistensi terhadap perubahan. Dari kontras di atas, orang dapat dengan jelas melihat bahwa kesamaan antara kedua perspektif lebih kuat daripada perbedaan. Oleh karena itu, bidang ERP dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang-orang pemasaran dalam mengatasi produk tonew resistance (pengguna) resistensi (sistem ERP).
4)      Sumber resistensi
Pengguna sumber dan jenis resistensi pengguna terhadap teknologi baru, seperti ERP, banyak. Kerangka kerja yang menarik yang mengklasifikasikan jenis resistensi pengguna terhadap inovasi seperti implementasi ERP berdasarkan sumber resistensi adalah dari Sheth (1981). Kerangka kerja menunjukkan bahwa ada dua sumber mendasar resistensi terhadap inovasi seperti ERP: risiko yang dirasakan dan kebiasaan. Perceived risk mengacu pada persepsi seseorang tentang risiko yang terkait dengan keputusan untuk mengadopsi inovasi, yaitu keputusan untuk menerima sistem ERP. Kebiasaan mengacu pada praktik terkini yang dilakukan seseorang secara rutin. Untuk mengurangi resistensi karyawan terhadap implementasi ERP, manajemen puncak organisasi harus menganalisis sumber-sumber resistensi ini dan harus menggunakan serangkaian strategi yang tepat untuk mengatasinya.
5)      Mengubah strategi
Manajemen untuk implementasi ERP Strategi peningkatan, seperti implementasi ERP, biasanya melibatkan perubahan. Oleh karena itu, respons terhadap pelanggan internal sangat penting bagi organisasi untuk menghindari kesulitan yang terkait dengan perubahan ini (Al-Mashari dan Zairi, 2000; Aladwani, 1999; Aladwani, 1998). Untuk membantu manajemen puncak dengan masalah organisasi yang kompleks tentang resistensi pekerja terhadap implementasi ERP, saya menyarankan kerangka kerja konseptual yang terintegrasi dan berorientasi proses yang terdiri dari tiga fase (Gambar 1): formulasi pengetahuan, implementasi strategi, dan evaluasi status.
6)      Pikiran penutup
Makalah ini menyarankan bahwa konsep dan strategi pemasaran dapat disesuaikan dengan konteks implementasi ERP. Untuk mengatasi penolakan pengguna terhadap perubahan, manajemen puncak harus:
·         Mempelajari struktur dan kebutuhan pengguna dan penyebab resistensi potensial di antara mereka;
·         Berurusan dengan situasi dengan menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk memperkenalkan ERP dengan sukses; dan
·         Mengevaluasi status upaya manajemen perubahan.
Dalam tulisan ini, saya berpendapat bahwa implementasi ERP yang sukses membutuhkan pencocokan strategi yang sesuai dengan tahap yang tepat untuk mengatasi sumber resistensi (kebiasaan dan risiko yang dirasakan) secara efektif. Pendekatan yang disarankan menunjukkan bagaimana tujuan ini mungkin tercapai. Untuk masa depan, saya mengusulkan model untuk pengujian formal (Gambar 2). Model ini berakar pada literatur tentang implementasi dan pemasaran ERP. Ini merangkum ide-ide dalam makalah ini, yang memberikan spesifikasi teoritis untuk menghasilkan kumpulan pengetahuan kumulatif dalam implementasi ERP.


BAB III

METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif.

3.2 Objek/Subjek Penelitian
Sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) adalah serangkaian program terpadu yang memberikan dukungan untuk kegiatan inti organisasi seperti manufaktur dan logistik, keuangan dan akuntansi, penjualan dan pemasaran, dan sumber daya manusia.

3.3 Pemilihan Informan Kunci
Dalam bagian ini dijelaskan pula tentang siapa informan kunci dan bagaimana pemilihan informan tersebut dilakukan.

3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data dijelaskan tentang bagaimana metode / cara pengumpulan data, apakah dengan observasi,wawancara dan penyebaran kuesioner


3.6 Teknik Analisis Data
Implementasi ERP yang sukses membutuhkan pencocokan strategi yang sesuai dengan tahap yang tepat untuk mengatasi sumber resistensi (kebiasaan dan risiko yang dirasakan) secara efektif. Literatur tentang implementasi dan pemasaran ERP. Ini merangkum ide-ide dalam makalah ini, yang memberikan spesifikasi teoritis untuk menghasilkan kumpulan pengetahuan kumulatif dalam implementasi ERP.